Rabu, 16 April 2008

Dari Pilkada ke Pilkada

Pemilihan Gubernur Jawa Barat, Minggu (13/4), berlangsung damai. Rakyat telah menunjukkan kedewasaannya dalam berpolitik!

Pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf yang diusung Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional, berdasarkan hasil penghitungan sementara suara KPU Provinsi Jawa Barat dan penghitungan cepat sejumlah lembaga, unggul atas calon lain yang diusung partai- partai besar. Meski demikian, secara formal semua pihak harus menunggu proses penghitungan suara manual yang dilakukan KPU Provinsi Jawa Barat.

Hari Rabu ini, giliran warga Sumatera Utara yang akan memilih salah satu dari lima calon pasangan gubernur dan wakil gubernur. Kita berharap proses pilkada di Sumatera Utara dan daerah lainnya juga berjalan aman dan damai.

Sistem politik terbuka, setelah berakhirnya Orde Baru, telah membawa rakyat menemukan kembali kedaulatannya. Rakyat berhak untuk memilih sendiri siapa pemimpin yang dikehendakinya, pemimpin yang dirasakan paling mampu mengakomodasi kepentingan-kepentingannya.

Pilkada adalah sebuah proses demokrasi prosedural yang diharapkan dapat menghadirkan demokrasi yang substansial, demokrasi yang bisa menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat yang memilihnya. Pada saat pilkada, rakyat akan menjadi juri terhadap calon pemimpin mereka.

Hasil survei pascapencoblosan yang dilakukan Litbang Kompas dalam Pilkada Jawa Barat, paling tidak menunjukkan kepuasan ataupun ketidakpuasan terhadap pimpinan incumbent akan ikut menentukan perilaku memilih para pemilih. Dalam survei itu, sebanyak 57,8 persen tidak puas dengan kepemimpinan Danny Setiawan-Nu’man Abdul Hakim. Rasanya, hasil survei itu, universal sifatnya.

Hasil survei itu paling tidak memberikan pesan kepada pemimpin, siapa pun itu, untuk berbuat dan bekerja untuk rakyatnya. Partai politik bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan arah pilihan. Namun, kemampuan memimpin dari calon pemimpin lebih menjadi pertimbangan dominan. Memilih pemimpin melalui pilkada adalah upaya kembali meraih harapan.

Kita mau mengingatkan kepada pemimpin untuk menggunakan kekuasaan yang diperolehnya dari rakyat, kepercayaan yang telah diberikan rakyat melalui prosedur demokrasi, betul-betul dimanfaatkan untuk meningkatkan harkat dan martabat rakyat yang memilihnya. Pilkada hanyalah serangkaian prosedur-prosedur demokrasi untuk menuju kursi kekuasaan.

Sebagaimana dikatakan Ernest Gellner, legitimasi masyarakat modern tergantung pada dua hal, yakni kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi. Bila pemimpin gagal memberikan kedua hal tersebut, pemimpin itu akan kehilangan hormat dan kesetiaan dari warganya.

Dan, itu akan mewujud dalam hasil pilkada!

Tidak ada komentar: