Selasa, 15 April 2008

Pemilih Inginkan Perubahan
Kemenangan Hade akibat Suara Kelompok Nasional Terpecah

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO / Kompas Images
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat memasang layar di media center untuk memantau perkembangan perolehan suara dari berbagai daerah, baik kota maupun kabupaten, di Jawa Barat, Senin (14/4).
Selasa, 15 April 2008 | 01:10 WIB

Bandung Kompas - Hasil rekapitulasi sementara Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat hingga hari Senin (14/4) pukul 18.52 menunjukkan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf alias Hade menempati posisi pertama dengan perolehan 1.038.674 (39,79 persen) suara dari total 2.610.483 suara yang masuk di 17 kabupaten/kota.

Para pengamat politik menilai kemenangan Hade sebagai akibat suara kelompok nasionalis di Jawa Barat terpecah. Sisi lain makna kemenangan Hade adalah peringatan bagi pemerintah yang tengah berkuasa, bahwa masyarakat pemilih kini rentan kehilangan kepercayaan kepada pemerintah akibat situasi tidak mapan berkepanjangan. Akibatnya, masyarakat cenderung ingin perubahan.

KPU Jabar melalui Anggota KPU Provinsi Jabar Ferry Kurnia Rizkiyansyah di Bandung, Senin, menjelaskan, perolehan suara Hade diikuti pasangan Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim (Aman) yang meraih 894.225 suara atau 34,26 persen, dan pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulandjana (Dai) dengan 677.584 suara atau 25,96 persen. Total pemilih yang terdaftar 27,9 juta orang. ”Kami perkirakan dalam waktu empat hingga lima hari ke depan rekapitulasi keseluruhan sudah masuk,” kata Ferry.

Ia menambahkan, ”Tunggu saja hasil penghitungan KPU Provinsi Jabar yang diumumkan 22 atau 23 April 2008.”

Berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga tentang pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat, pasangan Hade unggul dari dua pasangan lainnya. Hasil penghitungan cepat yang dilakukan Litbang Kompas, misalnya, pasangan Hade meraih 40,37 persen, Dai didukung 24,30 persen, dan Aman memperoleh 35,34 persen (Kompas 14/4).

Menurut Ferry, penghitungan cepat memang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tetapi hasilnya tidak bisa dijadikan pegangan secara hukum atas hasil Pilkada Jabar. Adapun perhitungan versi KPU Jabar dilakukan secara manual dan real time berdasarkan laporan dari setiap tempat pemungutan suara. Karena itu, Ferry mengimbau pihak yang sementara unggul agar jangan terlalu bahagia dulu. Sebaliknya, pihak yang perolehan suaranya minim juga tak perlu pesimistis.

Suara nasionalis

Peneliti pada Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Indra J Piliang, Senin, di Palembang mengatakan, kemenangan pasangan Hade merupakan akibat suara kelompok nasionalis di Jabar terpecah.

”Saya melihat suara kelompok nasionalis terbelah dua antara Agum Gumelar dan Danny Setiawan. Keduanya memiliki basis sama, yaitu kelompok nasionalis. Barangkali ini faktor yang tidak diperhitungkan, yaitu bersatunya kekuatan kelompok santri di bawah Ahmad Heryawan dan pecahnya suara nasionalis.”

Menurut Indra, hadirnya pasangan Hade menawarkan perubahan dibandingkan pasangan lain. Karena itu, kemenangan Hade juga simbol kekecewaan masyarakat Jabar terhadap politisi lama, dan kemenangan Hade merupakan hasil bekerjanya mesin politik Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional yang mencalonkan mereka.

Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis di Jakarta, Husein Yazid, menilai hasil Pilkada Jabar selayaknya jadi sarana introspeksi para elite dan fungsionaris parpol bahwa partai belum tentu bisa menjadi mesin politik yang dapat diandalkan. ”Penjelasan logis dari hal ini adalah kuatnya semangat pembaruan di masyarakat. Tema pembaruan dan kepemimpinan muda dengan baik dikemas oleh tim sukses.”

Menurut Husein, bukan tidak mungkin hasil Pilkada Jabar jadi barometer pemilu legislatif dan pemilihan presiden tahun 2009.

Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit mengingatkan, berbagai kesulitan dan masalah yang dihadapi masyarakat saat ini rentan menghilangkan semangat kebangsaan dan menghilangkan kepercayaan terhadap pemerintah, apalagi sudah muncul gejala pesimisme yang memuncak lewat protes berbagai hal.

”Kondisi ini seharusnya menjadi pancingan pemimpin yang berkuasa untuk keluar dari kerangkengnya yang nyaman, dan segera membangun optimisme kembali,” tuturnya.

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung Zulrizka Iskandar menambahkan, masyarakat sudah lelah dengan tekanan ekonomi yang dahsyat dan tidak memiliki kepercayaan kepada pemimpin yang ada.

Di tengah proses penghitungan suara Pilkada Jabar, Senin sekitar pukul 13.00, Kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai Keadilan Sejahtera (DPC PKS) Kabupaten Bandung akan dibakar tiga pelaku, tetapi gagal. Ketiga pelaku membakar sebuah karung di halaman kantor itu, disusul dengan melemparkan tiga botol berisi bensin ke halaman kantor.

Kasus tersebut tidak menimbulkan korban, tetapi polisi setempat sudah menahan salah seorang pelaku berinisial D.(WAD/JAN/MHF/JON/CHE/A15/A01)

Tidak ada komentar: