Selasa, 15 April 2008

Momentum Pemimpin Muda Kasus Jabar
Selasa, 15 April 2008 | 00:21 WIB

Jakarta, Kompas - Kemenangan sementara pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf dalam Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat menunjukkan masyarakat membutuhkan pemimpin alternatif. Kemenangan itu dinilai tidak memiliki hubungannya dengan status keartisan Dede atau kekuatan mesin politik Partai Keadilan Sejahtera.

Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit di Jakarta, Senin (14/4). Selain Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Heryawan-Dede juga dicalonkan Partai Amanat Nasional (PAN).

Namun, menurut Sukardi, bagi masyarakat, siapa pun calon kepala daerah yang terpilih tak akan membawa perubahan. Oleh karena itu, dalam kondisi serba sulit seperti saat ini, masyarakat memilih calon pemimpin berdasarkan ”kesenangan”-nya saja. ”Masyarakat hanya ingin ada wajah baru dan tokoh alternatif sebagai pemimpin mereka,” katanya.

Menurut Sukardi, status keartisan Dede bukan jaminan kemenangan. Kekuatan mesin politik parpol pendukung Heryawan-Dede juga bukanlah pemicu kemenangan mereka. Meski PKS memiliki mesin politik dan kader yang solid, dalam beberapa pemilihan kepala daerah (pilkada) di daerah yang menjadi basisnya, calon PKS gagal.

”Penentu kemenangan adalah keinginan masyarakat. Pemilih perempuan dan pemula yang jumlahnya lebih dari separuh merupakan kelompok yang menginginkan tokoh baru,” katanya.

Pengajar Universitas Indonesia, Jakarta, Andrinof A Chaniago pun menilai keunggulan Heryawan-Dede adalah pertanda rakyat tidak suka status quo. Masyarakat menginginkan suasana baru, walau tak ada jaminan suasana baru itu akan terwujud.

Jika benar-benar terpilih, Heryawan-Dede harus membuktikan diri sebagai contoh kepemimpinan muda yang baik. Keunggulan pasangan ini semestinya juga menjadi pelajaran bagi politisi yang terlampau mengandalkan posisi sebagai kepala daerah yang masih menjabat atau sekadar pada besarnya pengikut parpol.

Secara terpisah, Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan M Fadjroel Rachman menilai kemenangan Heryawan-Dede bukti tumbuhnya kepercayaan masyarakat pada kaum muda untuk memimpin bangsa. Kemenangan tokoh muda dalam pilkada provinsi dapat dijadikan modal bagi kaum muda untuk merebut kepemimpinan nasional pada 2009.

Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti menambahkan, keunggulan Heryawan-Dede menunjukkan masyarakat mulai lelah atas kampanye simbolik atau sekadar tebar pesona yang tidak nyata di lapangan. Jika tidak ada perubahan nyata di masyarakat, pemilih bisa berganti keputusan begitu saja.

Secara terpisah, Senin, Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita menilai kemenangan Heryawan-Dede kembali membuktikan calon incumbent tidak menjamin terpilih lagi jika prestasi selama menjabat biasa-biasa saja. ”Bagaimanapun itulah konsekuensi demokrasi. Kita harus berbesar hati apa pun hasil dan siapa pun pemenang pilkada itu,” katanya.

Golkar akui terpukul

Dari Surabaya, Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Priyo Budi Santoso mengakui, partainya terpukul dengan hasil perhitungan cepat (quick count) berbagai lembaga pada Pilkada Jabar, yang menunjukkan pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulandjana yang diusung Golkar menempati urutan ketiga. ”Jabar merupakan basis Golkar,” tuturnya, Senin.

Priyo mengatakan, Golkar tak ingin kekalahan di Jabar terulang di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang akan menggelar pilkada tahun ini. Golkar memberi perhatian serius pada kedua provinsi itu. (mzw/dik/ush/raz/MAM)

Tidak ada komentar: