Selasa, 15 April 2008

Survei Pascapencoblosan
Mereka yang Masih Mencari Pekerjaan Pilih Figur Baru
Selasa, 15 April 2008 | 01:06 WIB

Bambang Setiawan

Pengangguran, atau mereka yang masih mencari pekerjaan, menjadi salah satu faktor pendorong munculnya keinginan adanya perubahan pada kepemimpinan daerah di Jawa Barat. Hal itu tergambar dari hasil survei pascapencoblosan (exit poll) yang diselenggarakan Litbang Kompas pada 13 April lalu. Suara dari kalangan yang tidak bekerja sebagian besar tertuju kepada pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf.

Sekitar 37,3 persen responden survei dari kalangan tidak bekerja menyatakan dukungan mereka kepada Heryawan-Dede (Hade). Hanya 22,7 persen responden yang menjatuhkan pilihan kepada pasangan Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim, dan 9,3 persen kepada Danny Setiawan-Iwan Sulandjana. Hal itu menunjukkan sikap politik yang jelas dari kalangan ini, bahwa persoalan pengangguran tak tertangani dengan baik dalam kepemimpinan sebelumnya. Padahal, di Jawa Barat, rata-rata pengangguran lebih tinggi daripada rata-rata pengangguran nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, 13,05 persen atau 2,38 juta orang dari angkatan kerja tergolong penganggur.

Dukungan yang diberikan kepada figur baru juga muncul dari kalangan pekerja swasta dan mereka yang saat ini masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa. Kalangan berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih figur Hade. Dukungan kepada figur lama muncul dari kalangan pensiunan, pengusaha, dan petani/nelayan.

Dukungan kepada Hade juga banyak ditunjukkan kalangan muda. Mereka yang berada di rentang usia 35 tahun ke bawah cenderung lebih memilih pasangan ini, termasuk di dalamnya adalah yang baru pertama kali ikut pencoblosan pemilu/pilkada. Terbanyak dari kalangan ini lebih memilih pasangan yang dari segi usia lebih muda daripada pasangan lainnya.

Dari sisi kelompok etnis, tampaknya pemilih bersuku bangsa Sunda memiliki kecenderungan pada dua pilihan, yakni pasangan Agum-Nu’man dan Hade. Pasangan Hade juga diprediksi mendapat limpahan suara yang lebih banyak dari kelompok etnis lain, seperti Jawa, Betawi, Banten, dan China, daripada kedua kandidat lainnya.

Munculnya pasangan Hade yang diusung Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional ke kancah pilkada juga membuat pemilih beragama Islam yang berafiliasi kepada Nahdlatul Ulama terpecah ke dalam dua pilihan. Sebanyak 25,7 persen responden dari kalangan ini memilih pasangan Agum-Nu’man, tetapi dalam jumlah yang relatif sama, 24,1 persen, menjatuhkan pilihan kepada Hade. Pasangan bernomor urut tiga ini juga tidak ditampik kehadirannya oleh mereka yang beragama Kristen atau Katolik.

Hasilnya mirip

Selain dari hasil prediksi penghitungan cepat, hasil survei pascapencoblosan yang diselenggarakan Litbang Kompas juga menunjukkan, pasangan Hade unggul dari kedua pasangan lain. Bahkan, persentase yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan hasil penghitungan cepat 300 sampel tempat pemungutan suara (TPS).

Dari total 1.194 pemilih yang menjadi responden survei, 812 responden bersedia menyebutkan pilihannya. Proporsi pilihan menunjukkan, Heryawan-Dede unggul dengan 38,8 persen, Agum-Nu’man 36 persen, dan Danny-Iwan 25,2 persen suara.

Proporsi itu tidak jauh berbeda dengan hasil penghitungan cepat yang biasanya memiliki keakuratan yang lebih tinggi.

Dalam penghitungan cepat, Litbang Kompas memprediksi Heryawan-Dede memperoleh 40,37 persen, Agum-Nu’man 35,34 persen, dan Danny-Iwan 24,30 persen. (Litbang Kompas)

Tidak ada komentar: