Rabu, 02 Juli 2008

PILGUB JATENG
Hasil Pilkada Bukan
Cerminan Pemilu 2009


Firman Subagyo, Ketua DPP Partai Golkar

Selasa, 24 Juni 2008

YOGYAKARTA (Suara Karya): Kekalahan calon yang diusung Partai Golkar dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) bukan cerminan kekalahan parpol berlambang beringin ini pada Pemilu 2009. Selain itu, kekalahan tersebut bukan kekeliruan M Jusuf Kalla sebagai ketua umumnya. Sebab, pengajuan calon kepala daerah merupakan rekomendasi dari daerah, sedangkan DPP Partai Golkar hanya mengetahui dan menyetujui.
Demikian rangkuman pendapat yang dikemukakan anggota Dewan Penasihat DPP Partai Golkar Sri Sultan Hamengku Buwono X, Ketua DPP Partai Golkar Burhanuddin Napitupulu dan Firman Subagyo, Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Rully Chairul Azwar serta Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Priyo Budi Santoso secara terpisah di Jakarta, kemarin.
"Itu bukan cerminan Pemilu 2009. Itu juga urusannya daerah yang merekomendasikan calon, meski pusat juga punya andil menyetujuinya. Jadi, yang jelas tim suksesnya harus kuat. Bukan semata-mata karena parpol," ujar Hamengku Buwono X di Kepatihan, Kompleks Pemprov DI Yogyakarta, Senin (23/6).
Sementara itu, Ketua I Badan Pengendalian dan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Pusat Partai Golkar Burhanuddin Napitupulu alias Burnap menyebutkan, kekalahan Partai Golkar dalam pilkada di Jawa Tengah jangan dianggap sebagai lonceng kematian. Karena kalau dilihat secara objektif, perolehan 22,5 persen suara pasangan Bambang Sadono dan M Adnan merupakan peningkatan yang signifikan.
"Dengan mendapat 22,5 persen suara, menurut saya itu sebuah peningkatan. Mesin Partai Golkar sudah berjalan dengan baik. Karena pada Pemilu 2004 lalu Partai Golkar hanya memperoleh suara 12 persen di Jawa Tengah. Itu artinya, hasil pilkada ini bukan sebuah cerminan Pemilu 2009. Di pilkada ini rakyat memilih figur, sementara di pemilu legislatif memilih partai," kata Burnap.
Penyebab lain kekalahan Bambang Sadono, tutur Burnap, karena Jawa Tengah merupakan basis PDIP. "Sehingga perjuangan tim sukses Bambang Sadono dan M Adnan sudah bisa dibayangkan betapa beratnya," ujarnya.
Meski demikian, sebagai Ketua Bappilu Pusat, Burnap mengaku akan melakukan pengkajian secara mendalam berkaitan dengan kekalahan demi kekalahan yang dialami Partai Golkar.
Bahkan, tutur dia, kalau ketua umum partai memerlukan diadakan revitalisasi, hal itu harus dilakukan. "Saya setuju terhadap usulan agar ada evaluasi terhadap kinerja pengurus. Kalau perlu dilakukan restrukturisasi, mana yang jalan dan mana yang tidak harus dievaluasi," katanya lagi.
Senada dengan Burnap, Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Rully Chairul Azwar juga mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam Pemilu Legislatif 2009. Kekalahan di Pilkada Jawa Tengah bukanlah akhir dari segala upaya pengurus Partai Golkar untuk memenangi Pemilu 2009.
Menurut data yang disampaikan Rully, dari 385 pilkada di tingkat kabupaten, Partai Golkar masih memperoleh kemenangan 161. Itu berarti Partai Golkar masih memiliki kekuatan 45 persen. Sementara pada pilkada tingkat kota dari 360 pilkada, 134 dimenangkan Partai Golkar. Sedangkan di tingkat provinsi, Partai Golkar memperoleh 7 pemenang dari 25 pilkada.
Berkaitan dengan Pilkada Jawa Tengah, menurut Rully, banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, calon terpilih merupakan satu-satunya calon dan tidak ada alternatif lain. Kedua, sosialisasi calon terlalu dini sehingga mudah diterka dan menjadi sasaran empuk calon lain.
Sebagaimana Rully, Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Priyo Budi Santoso mengatakan, Partai Golkar masih menang 41,2 persen dalam pilkada kabupaten/kota. Karena itu, dia menilai wacana musyawarah nasional luar biasa (munaslub) dinilai kemrungsung alias terburu-buru.
Menurut dia, kedigdayaan sebuah partai bukan diukur dari pilkada, melainkan di pemilu legislatif. "Kalau di 2009 Partai Golkar kejelungup dan anjlok, terserah mau melakukan apa pun, termasuk munaslub. Kalau sekarang, jangan kemrungsung," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (23/6).
Priyo mengatakan, Partai Golkar menggelar rapat harian di kediaman Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla guna membahas kekalahan dalam pilkada, termasuk persiapan Pemilu 2009. "Nanti (Senin, 23/6) malam, kita ada rapat harian di rumah Ketua Umum," ujarnya.
Di lain pihak, Ketua DPP Partai Golkar Andi Mattalatta menilai kekalahan calon yang diusung Partai Golkar dalam Pilkada Jawa Tengah tidak mengejutkan. Dia menganggap hal itu cuma kekalahan kecil.
Dia juga menduga, kekalahan itu disebabkan pencoblosan jatuh pada hari libur. Sehingga, tutur dia, orang memilih untuk menghabiskan harinya dengan berlibur daripada mendatangi TPS.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Golkar Firman Subagyo mengatakan, tidak ada yang perlu disalahkan dalam kekalahan pilkada ini. "Jangan saling menyalahkan. Apalagi, nggak bisa dong disalahkan Pak Jusuf Kalla, karena pilkada itu otoritas DPD. DPP hanya mendukung saja," katanya.
Meski demikian, Firman mengaku PDIP merupakan pesaing terberat partainya. "Khusus Jateng, untuk melawan PDIP memang berat. Kita harus jujur, kita harus akui," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (23/6).
Secara terpisah, calon gubernur dari Partai Golkar, Bambang Sadono siap menerima sikap DPP Partai Golkar menyusul kekalahannya pada Pilgub Jateng 2008 meski penghitungan suara oleh KPU Jateng belum final. (B Sugiharto/Kartoyo DS/Rully/Yudhiarma)

Tidak ada komentar: