Senin, 14 April 2008

Pilkada Jabar

Heryawan Diprediksi Unggul
Senin, 14 April 2008 | 00:57 WIB

Hasil prediksi Kompas terhadap Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat, berdasarkan penghitungan cepat yang dilakukan seusai pencoblosan, Minggu (13/4), menunjukkan, pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf unggul dengan perolehan sekitar 40,37 persen suara. Pasangan Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim memperoleh 35,34 persen suara dan Danny Setiawan-Iwan Sulandjana meraih 24,30 persen suara.

Prediksi atas perolehan ketiga kandidat itu hampir mirip dengan hasil penghitungan cepat yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Lembaga ini melansir perolehan untuk Heryawan-Dede adalah 39,63 persen, Agum-Nu’man (35,56 persen), dan Danny-Iwan (24,81 persen). Dua lembaga penelitian lainnya, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) dan PT Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang melakukan penghitungan cepat pula, hasilnya juga mirip, memprediksi kemenangan bagi pasangan Heryawan-Dede.

Perolehan suara pasangan Heryawan-Dede (Hade) cukup mengejutkan. Sebab, dari prediksi beberapa lembaga penelitian sebelumnya, calon yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) ini selalu ditempatkan di urutan terbawah dari ketiga pasangan kandidat. Baik dari segi popularitas maupun pilihan publik, hasil sejumlah survei selama ini menunjukkan peluang pasangan Danny-Iwan maupun Agum-Nu’man lebih unggul dari Heryawan-Dede. Bahkan, berdasarkan hasil analisis peta kekuatan basis massa calon, pasangan Hade ini dinilai paling lemah.

Prediksi Kompas didasarkan pada penghitungan sampel di 300 tempat pemungutan suara (TPS), yang tersebar di 26 kabupaten/kota seluruh Jabar. Sampel TPS dipilih dengan metode pengambilan acak sistematis, dengan tingkat kepercayaan 99 persen dan simpangan kesalahan (margin of error) yang ditetapkan sebesar 1 persen.

Data masuk pertama kali ke Litbang Kompas pada pukul 11.30 dari wilayah Kabupaten Garut. Hingga pukul 14.00, data suara yang masuk cenderung belum stabil, terjadi saling kejar antara suara untuk pasangan Agum-Nu’man dengan untuk Heryawan-Dede. Namun, setelah pukul 14.20 dan jumlah TPS sampel yang terkirim lebih dari 100, proporsi perolehan kandidat cenderung stabil. Pada pukul 16.43 semua data dari 300 TPS sampel sudah masuk ke ruang penghitungan Litbang Kompas.

Berdasarkan data final yang masuk, pasangan Heryawan-Dede menang di 15 kabupaten/kota, Agum-Numan di enam kabupaten/kota, dan Danny-Iwan menang di empat kabupaten/kota. Kemenangan tertinggi dari pasangan Heryawan-Dede terjadi di Kota Depok, diperkirakan mencapai 60 persen. Sedangkan kekalahan paling telak terjadi di Kota Banjar. Di kota itu pasangan Danny-Iwan mendapatkan sekitar 72 persen pemilih, dan menjadi kota di mana perolehan pasangan itu paling tinggi. Bagi pasangan Agum-Nu’man, perolehan paling tinggi dicapai di Kabupaten Tasikmalaya, yakni sekitar 62 persen pemilih.

Berdasarkan penghitungan cepat, juga dapat diketahui perkiraan besaran warga yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golongan putih (golput) Pilkada Jabar, yakni sebesar 34,67 persen dan tingkat partisipasi 65,33 persen. Tingkat partisipasi yang paling rendah pada umumnya terjadi di wilayah pinggiran.

Hal ini terlihat, ketika 10 data pertama masuk dari wilayah pinggiran yang jauh dari pusat pemerintahan, tingkat partisipasinya hanya sekitar 27 persen.

Golput paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Bekasi. Di sini diperkirakan lebih dari 50 persen pemilih tidak menggunakan haknya. Sebaliknya, tingkat partisipasi paling tinggi adalah di Kota Banjar. Diperkirakan hanya sekitar 14 persen yang golput di kota ini.

Kualitas pilkada

Hasil pengamatan Litbang Kompas di lapangan terhadap aspek kualitatif Pilkada Jabar menunjukkan bahwa secara umum pemilihan gubernur/wakil gubernur secara langsung berjalan cukup lancar. Sejumlah ketentuan seperti jam buka dan alat-alat kelengkapan TPS rata-rata dipenuhi.

Meski demikian, terdapat 15,3 persen TPS sampel yang mengalami kejadian petugas TPS-nya mendapat protes dari warga karena mereka tidak didaftar atau mendapat kartu pemilih. Jam mulai penghitungan suara juga tidak sepenuhnya dipatuhi, setidaknya terlihat dari 15 persen TPS sampel yang mulai penghitungan suara sebelum pukul 13.00. (Bambang Setiawan dan BE Satrio/Litbang Kompas)

 

Tidak ada komentar: